Senin, 16 September 2013

Diantara dua insan

Hati takkan mampu mengungkap segalanya
Ketika ia dihadapkan oleh dua keadaan berbeda ketika ia harus memutuskan sebuah jawab
Hati ini tak mampu untuk memilih hati ini tak mampu untuk pergi
Diantara sisi yang saling memberi kasih ketika ia dipertemukan dalam harapan sunyi
Apa harus hati ini meninggalkan semuanya... ketika ia merasa tentram dalam jiwa ketika ia merasa nyaman dalam diri
Sebuah pertanda tanya muncul saat ia tak lagi dipertemukan dalam waktu
Ketika ia dihempas dengan mudahnya tanpa alasan pasti
Ketika ia harus menerima semua keadaan walau mungkin tidak dengan hati yang lapang
Apa yang harus ku lakukan...
Ketika ia datang menghampiri dan memberi kasih
Perhatian penuh yang mungkin tanpa omong kosong yang dapat menggores jiwa
Ataukah aku harus memustuskan saat ini
Ketika insan tak lagi dihadapkan ketika insan tak lagi menyatukan hati dan perasaan
Apa yang sebenarnya ia sembunyikan?
Layaknya orang bodoh yang tak lagi dapat menemukan jawab atas pertanya
Sebesit omong kosong yang berduri tajam menusuk hati dalam gelapnya harap
Apa yang sebenarnya ia rencanakan?
Mengapa ia kembali?
Disaat semua telah dapat kulalui dan ku terima tanpa tanda tanya dalam fikirku
Bagaimana ini harus terjadi
Ini semua sulit untuk kupahami
Ketika cinta harus memilih diantara dua sisi hati
Seketika air mata menetes tanpa kusadari
Hingga aku tak mungkin dapat kembali menentukan hatiku pada jiwamu
Keraguan ini pun muncul seraya melodi cinta yang semakin lama semakin senyap terdengar
Kedustaan dan kepalsuan yang mungkin kau buat tanpa ku ketahui apa maksut ucapmu padaku
Serangkai kalimat yang kau ucapakan padaku ketika itu
Aku tak mengerti, mengapa aku harus dihadapkan pada dua insan yang berbeda
Ketika aku mulai dapat menentukan keputusan dalam jiwa dan benak diriku
Ketika hati ini merasa yakin atas apa yang dihadapkan padanya
Aku bingung aku tak dapat berfikir jernih disaat sisi hati kecilku mengatakan iya disaat sisi benakku mengatakan tidak
Seraya kau memintaku tuk kembali
Kufikir semua ini terlambat.... hati ini tak ingin kembali....

Minggu, 01 September 2013

Kehidupan

Kehidupan....
Tak terbayang dan tak terencanakan
Tak diketahui dan tak terfikirkan
Terjadi apa yang akan terjadi tanpa dapat menolak dan menjauhi takdir
Apa yang kau pandang dalam hidup ini? Harta? Tahta? Wanita? ataukah kepuasaan semata dalam dunia
Bagaimana kau berfikir.... bagaimana kau renungkan....
Sepercik pilu yang merasuk jiwa dalam batin lirih dan diri yang sepi
Duri kesedihan merenggut semua indahnya duniawimu
Apakah tidak kau fikirkan orang-orang diluar sana?
Ketika semua mencekik dan menginjak harga diri mereka, dengan sentuhan kasar dan ucapan tajam yang terlontar dari bibir kalian
Mengapa tidak kau renungkan nasib mereka? ketika engkau bersenang-senang dalam pilu lirihnya semangat juang mereka
Ketika mimpi mereka tertutup oleh kerasnya kehidupan
Apakah tidak kau mengerti? meski setitik kasih yang kau berikan kepadanya
Hanya keadilan dan kemakmuran yang mereka inginkan tidak kepalsuan,janji dan cekikan persepsi yang kau fikirkan
Seutas angan yang takkan putus
Selembut embun yang menetes dalam kelam sunyi
Seraya duri yang menusuk tajam dalam tangis sendu jiwa dan batin
Aku..... Aku hanya ingin semua mengerti
Ketika aku harus berjuang melawan jahatnya kehidupan ini
Ketika aku harus mencari seonggok receh demi sesuap nasi
Tuhan..... Aku lelah... Lelah dengan keadaan ini
Apa yang harus aku lakukan?
Ketika mereka hanya dapat memojokkan diriku, ketika mereka hanya dapat mendahulukan keegoisannya
Aku tidak ingin semua ini......
Apakah mereka tidak takut? takut akan balasan dari-Mu?

Atas apa yang telah mereka perbuat, atas apa yang telah mereka rencanakan
Aku bukanlah batu yang hanya dapat diam tanpa merasakan
Aku insan.. insan manusia yang diciptakan-Nya dengan hati dan perasaan
Tidakkah kau rangkul mereka demi menyongsong masa depan yang gemilang
Tidakkah kau bimbing mereka demi menggapai mimpi dan angan yang terbenakkan
Tawa yang terpancar bukanlah pertanda kebahagiaannya
Demi roda kehidupan yang cerah tanpa tangis, dan pilu yang merenggut senyum jingga dirinya